Diberkahi umur panjang sampai 82 tahun tentu menjadi rasa syukur tersendiri bagi Raden Muhamad Syamsudin Dajat Hardjakusumah atau lebih dikenal dengan Sam Bimbo.
Sam Bimbo adalah salah satu penyanyi balada terbaik di Indonesia dari kelompok musik bersaudara Bimbo. Sebuah grup musik Bimbo yang berasal dari Bandung didirikan sekitar tahun 1966. Personel Bimbo terdiri atas tiga bersaudara kakak beradik Sam Bimbo, Acil Bimbo, dan Jaka Bimbo, tiga bersaudara ini yang dipengaruhi oleh Bee Gees. Dan dalam perkembangannya kemudian ditambah oleh adik perempuan mereka Iin Parlina. Mereka bersenandung tentang cinta. Bercanda dalam lagu, mulai soal kumis, tangan, mata, sampai calon mertua atau membuat satire sosial. Tetapi, Bimbo juga bicara tentang Tuhan lewat lagu Tuhan.
Sam si anak sulung dari kecil suka menyanyi. Hal itu diikuti oleh adik-adiknya yang juga suka ikut menyanyi. Di pertengahan 1950-an Sam dan Acil dulu adalah pengagum Sam Saimun, seorang penyanyi Indonesia terkenal masa itu. Menjelang akhir 1950-an lagu-lagu Elvis Presley mulai masuk ke Indonesia. Mereka yang masih remaja kala itu pun ikut terkontaminasi. Dari sebelumnya bergaya seriosa ala Pavarotti, mereka terkena pengaruh musik rock ala Elvis.
Prestasi dan pengakuan Bimbo, antara lain, diabadikan oleh majalah Rolling Stone Indonesia sebagai salah satu dari The Immortals: 25 Artis Indonesia Terbesar Sepanjang Masa pada tahun 2008
Lelaki kelahiran Kuningan, 6 Mei 1942 ini beristrikan Rubaah Samsudin dan kini dianugerahi empat orang anak dan empat cucu. Anaknya yang bungsu bernama Asri Dewi Lestari atau Achi Hardjakusumah adalah salah satu personel grup musik wanita asal Bandung, SHE.
Sam adalah anak pertama dari tujuh bersaudara sekaligus menjadi pimpinan grup Bimbo. Ia pernah menerima penghargaan dari Presiden Amerika Serikat dan Rusia, yaitu Ronald Reagen & Leonid Brezhnev. Tahun 1982 Sam menerima penghargaan atas lagu yang mengusung tema mencegah Perang Dunia III.
Dalam bidang seni lukis, Sarjana Seni Rupa ITB lulusan tahun 1968 ini pernah mengadakan pameran tunggal di tahun 1970, 1992, dan 2007 di dalam negeri.. Ia juga menyelenggarakan pameran tunggal di luar negeri, yaitu di Bangkok 1971. Pameran bersama di Bandung, Yogyakarta, Bali dan Jakarta 1995 – 2005. Ia pernah juga melukis lukisan dinding berukuran 10 x 30 m untuk Kedutaan Indonesia di Bangkok, lukisan berukuran 8 x 12 m di Gedung Parlemen Indonesia, dan lukisan berukuran 3 x 1,5 m di Singapura. Terdapat 20 lukisan kaligrafinya dikoleksi oleh Nakajima di Jepang.*